Pemberian paling berarti dalam hidup bukanlah materi atau pun harta benda, sudah kulewati tiap sela mereka dan tak kutemukan kebahagiaan. Meskipun engkau menghadiahkan berupa materi, jika pemberian tersebut tidak dibungkus dengan senyum maka sama saja nilainya jadi rendah. Pemberian bukan di nilai dari kuantitas maupun kualitas, sebesar apapun itu jika kita memberinya dengan senyum maka itulah yang menjadi tolak ukur.

Aku berjalan menelusuri kota, kota yang begitu banyak penghuni, penghuni yang selau egois selalu memikirkan diri sendiri dengan perlakuan kasar tanpa memikirkan makhluk lainya. Seakan hidup di bumi adalah sebuah permainan yang harus dimenangkan tanpa menghormati juri yang menciptakan lahan permainan dan alam semesta yaitu Tuhan yang Maha Kuasa. Juri itu sebenarnya tidak tutup mata,tetapi Dia mencatat apa saja kesalahan dan pelanggaran para pemain. Dan akan dibacakan para malaikatnya di hari dan masa yang sudah ditentukannya tanpa satu makhluk pun yang mengetahui kapan para malaikat membuka catatan itu. Kehidupan bukanlah kemenangan, tetapi bagaimana bertanding dengan baik. Lalu mengapa manusia gemar mencetuskan pertengkaran sedangkan manusia itu sendiri dilahirkan dari sebuah kemesraan.

Setelah itu aku melanjutkan perjalananku ke desa kecil yang penghuninya tidak terlalu banyak, kota ini diam, tentram, hening tapi nyaman, bahu membahu, meskipun terlihat kuno dan banyak yang meninggalkan desa ini ke tempat yang penghuni yang lebih banyak. Tetapi sekali waktu kulihat senyum di pinggir jalan walau tidak ditujukan padaku, namun rasanya senang melihat ukirannya, simpul di bibir yang terasa beri secercah indahnya hidup. Saling menyapa satu sama lain. Lalu aku bertanya mengapa begitu banyak perbedaan di kota dan di desa.? Mengapa manusia yang di kota menginggalkan desa ini yang dulunnya mereka berasal dari desa ini?

Lalu aku mulai berpikir, sebenarnya aku tak butuh banyak dalam hidup beri saja aku senyum dan itu sudah cukup membuat duniaku terlihat indah. Tersenyumlah walau tidak untuk diriku tapi tersenyumlah karena mungkin ada orang lain sepertiku yang hanya butuh senyum. Senyum simpul di bibir tuk kuatkan gambar kehidupan yang indah disana sini. Bukankah senyum yang tulus adalah kebahagiaan? Dan kebahagiaan adalah haruman yang tidak boleh kita semburkan kepada orang lain tanpa kita sendiri yang mendapat titisan daripadanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010 Dreams
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger